Biography :
Lanjar Jiwo
Born in Yogyakarta, 25 May 1975
known art began in elementary school (Elementary School)
in 1985 began to recognize the puppet images hone their knowledge, especially in yogyakarta.mulai disanggar-art workshop in Yogyakarta, the era of 1990-2005. entered the 1994 SSM / middle school music and Jiwo selesai.Lanjar not actively
involved in the movement and actions of Indonesian culture in the era of the fall of the Suharto regime in 2000-2003 served 1998. sekjend halama/K3H yogyakarta hometown arts community, active village publish comics and establish working groups form / KKR. of
2002-2007 chairman of the People's Cultural Network / Jaker Yogyakarta.Fasilitator at Conservation international Indonesia / CII Rajaampat disanggar Koranu Fyak Arts, Village of West Papua Sawinggray Rajaampat with Sculptor Major Isaiah (Nobel kalpataru in 2009).
2009-2012 Staff Society of the Wild Papua, Sorong, West Papua, Teaching Drawing in art gallery exhibiting and holding flowers Papua.aktif arts and stage work in Your Soul budaya.aktif art n 'Studio yogyakarta.
Land Arts
Jumat, 20 April 2012
ART EXHIBITIONS: Artspirasi Buruh Migran “MELINTASI BATAS” Waktu & Tempat: 2-12 Mei 2012 Galeri Cipta II, TIM Jl Cikini Raya 73 JAKARTA
ART EXHIBITIONS: Artspirasi Buruh Migran “MELINTASI BATAS”
Mayday
TRITURA ON MAYDAY
mempersembahkan: Pameran Artspirasi Buruh Migran: “Melintasi Batas”
Media massa dalam beberapa tahun terakhir telah banyak mengangkat tentang derita buruh migran. Bahkan bisa dikatakan media telah menjadi tulang punggung proses advokasi terhadap kelompok ini, tanpa pemberitahuan media mungkin masalah buruh migran tetap menjadi kabar burung. Meski demikian sektor ini sampai sekarang masih tetap belum dianggap sebagai masalah yang harus diprioritaskan. Persoalan ini memang masih kurang dapat perhatian baik dari kalangan masyarakat umum, penyelenggara negara, ataupun aktivis HAM. Pada kenyataannya buruh migran dan segala permasalahannya masih sangat dimarjinalkan. Memang posisi sosial mereka juga sangat pinggiran, umumnya berasal dari pedesaan dan berpedidikan rendah. Selain daripada itu 70% dari para buruh migran adalah perempuan. Perhatian pemerintah sampai sejauh ini sepertinya baru sebatas basa-basi dan reaktif. Akibatnya sekitar 6 juta buruh migran Indonesia yang tersebar di berbagai negara mengalami kondisi hidup dan kerja yang nyaris berada dalam cengkraman perbudakan. Mereka cenderung dieksploitasi, dilecehkan, dianiaya, bahkan dihilangkan nyawanya, padahal mereka adalah pemasok devisa besar Negara Indonesia. Namun siapa perduli dengan kemalangan mereka? Mereka seperti harus pasrah dan menyandarkan nasib atas rasa iba dan belas kasihan majikan ataupun “peruntungan”.
Jalur seni dan budaya juga menawarkan kemungkinan pendekatan masalah dari sudut pandang yg kreatif dan alternatif, serta membebaskan dari belenggu perspektif dan wacana dominan. Gerakan seni dan budaya juga berpotensi untuk merekatkan elemen-elemen di dalam masyarakat yang terfragmentasi serta mempertemukan dan merekonsiliasi unsur yang berlawanan. Mulai dari titik inilah seniman dihadapkan pada tantangan kreatif yang sesungguhnya. Sebab jika perkara seni dibatasi hanya sebagai ekspresi pribadi dan merujuk pada keyakinan “seni untuk seni” maka hasil usaha kreatif berbentuk karya hanya akan menjadi komoditas belaka. Seni menjadi kehilangan vitalitas dan kemampuan untuk mentransformasi nilai-nilai dan terceraikan dari kehidupan, terasing dari masyarakat dan juga penciptanya. Mendekati masyarakat dengan seni dan budaya pada dasarnya adalah menyentuh masyarakat dan manusia dalam semua sarwanya, yang wadag dan yang ruh. Dalam hal ini pertemuan antara dunia seni budaya dengan persoalan buruh migran diharapkan akan terjadi osmose bagi keduanya. Yang pertama, akan mengangkat isu buruh migran setara dengan bidang lainnya, sementara bagi seniman juga akan terdorong untuk lebih reflektif, scientific dan advokatif. Sehingga seni tidak kembali untuk seni, melainkan seni yang menjadi media untuk pembelaan dan pembebasan manusia: art-science-advocacy.
ART EXHIBITIONS: Artspirasi Buruh Migran “MELINTASI BATAS”
Waktu & Tempat:
2-12 Mei 2012
Galeri Cipta II, TIM
Jl Cikini Raya 73 JAKARTA
Tujuan: untuk meningkatkan kesadaran dan mengembangkan solidaritas masyarakat serta mendorong perlindungan negara atas hak-hak asasi buruh migran Indonesia.
Dibuka oleh : Imam Prasojo, Ph.D
Kurator : Arahmaiani
Penulis : G Budi Subanar
Penampilan:
GESTAPU, Komunitas Kantong Permen, Nuringtyas, Herina Syarifudin, Aciel, KPSI, Kirana Kejora, The Be Good, Tekno Shit, Kepal SPI, KOMRAD BAND. .
Seniman:
Nasirun
Lenny Ratnasari Weichert
Duvrart Angelo
Menik Sithik
Eko Purnomo “Mbendhol”
Wardi Bajang
Aprilia Muktirina
Hardika
Agustian Eko Saputro
Dwi Setiawan
Irwan Guntarto
Iskandar Sy
Budi”Bodhonk”Prakoso
Ernanta Item
Toni Voluntero
F Slamet W
Oetje Lamno
Joni “hapy” Candra
Faried Pamor
Sriyadi (Srinthil)
Dodi Irwandi
Ismanto Wahyudi
Ambar Pranasmara,
Malaikat
Lanjar Jiwo
Sahanudin Hamzah
Kadir Supartini
Inong
Ipong Purnama Sidhi
Bambang Harnawa
Anjar Purwanto
Digie Sigit
Dona Prawita
Nancy Imelda Nahuway
Joko Budianto
Ulil Gama,
Setu Legi
Tri Suharyanto
Idris Brandy
Sumarwan
Herianto Maidil
Fransgupita
Didin Ardiansyah
Faisal Aditya
Joelya Nurjanti
Jitka Kampak (Chzeck Republik)
Lelyana Kurniawati
Daniel Rudi
Sri Wahyuningsih.
Langganan:
Postingan (Atom)